Selasa, 11 Oktober 2011

Demonstrasi Umar Bin Khattab dan Hamzah Radhiallahu Anhuma


Tatkala Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu telah memeluk agama Islam dan disambut takbir oleh kaum Muslimin pada waktu itu, dia lalu berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, bukankah kita di atas kebenaran?” tanya Umar.

“Ya,” jawab Nabi.

Umar berkata, “Kalau begitu, lantas mengapa kita bersembunyi? Demi Dzat Yang Mengutusmu dengan kebenaran, kami akan keluar.”

Akhirnya, mereka pun keluar beramai-ramai menjadi dua barisan. Barisan pertama bersama Umar dan barisan lainnya bersama Hamzah, hingga mendatangai masjid. Quraisy melihat Umar dan Hamzah dan mereka merasa mendapatkan pukulan berat saat itu.

Takhrij Kisah

Kisah ini cukup masyhur dan dijadikan dalil untuk melegalkan aksi demostrasi yang sekarang marak digelar oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.

Diriwayatkan Abu Nuaim dalam al-Hilyah, 1/40 dan ad-Dalail, 194 dari Muhammad bin Ahmad bin Hasan, dari Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah, dari Abdul Hamid bin Shalih, dari Muhammad bin Aban, dari Ishaq bin Abdullah, dari Aban bin Shalih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, dari Umar bin Khaththab.

Derajat Kisah

Maudhu’. Kisah ini lemah sekali, sebab kecacatannya karena di dalam sanadnya terdapat pe-rawi bernama Ishaq bin Abdullah bin Abu Farwah, sedangkan dia matruk (ditinggalkan) haditsnya sebagaimana dikatakan Imam Nasai, al-Bukhari ad-Daruquthni, Ibnu Abi Hatim, dan lain sebagainya.

Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan bahwa kisah ini lemah karena bersumber dari Ishaq bin Abi Farwah, sedangkan dia adalah rawi yang lemah dan tidak dapat dijadikan hujjah. Seandainya kisah ini shahih, maka kejadian ini di awal Islam yakni sebelum sempurnanya syariat (Majmu’ Fatawa wa Maqalat, 8/257).

Demonstrasi Bukan Solusi

Demonstrasi yaitu pengungkapan kemauan secara beramai-ramai, baik setuju atau tidak setuju akan sesuatu, sambil berarak-arakan dengan membawa spanduk atau panji-panji, poster, dan lain sebagainya, yang berisikan tulisan menggambarkan tujuan demonstrai tersebut (Kamus Istilah Populer, hal. 62).

Tidak diragukan lagi, bagi seseorang yang mau menimbang suatu hukum berdasarkan cahaya al-Qur’an dan as-Sunnah, bahwa demonstrasi hukumnya tidak boleh berdasarkan beberapa argumen sebagai berikut:

1. Demonstrasi merupakan perkara baru dalam agama

Cara atau metode dakwah ilallah telah dicontohkan dan dipraktikkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Tidak pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabatnya berdemonstrasi dengan memasang sepanduk, meneriakkan yel-yel, dan sebagainya, ke rumah Abu Jahal atau lainnya. Apalagi bersama para wanita yang dianjurkan agar tetap melazimi “istana kerajaan” (rumah)-nya. Kalaulah memang ada manfaat, maka hal itu lebih kecil dibandingkan kerusakan yang ditimbulkannya.

2. Demonstrasi termasuk tasyabbuh terhadap orang-orang kafir

Tidak diperselisihkan lagi oleh siapa pun bahwa demonstrasi adalah hasil produk orang-orang kafir. Maka, sungguh mengherankan sikap kaum muslimin yang langsung menelan produk barat ini. Mengapa kaum muslimin menelan produk impor barat ini?! Bukankah mereka selalu mendengungkan ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu, sehingga kamu mengikuti agama mereka…. “ (Qs. al-Baqarah: 120).

3. Kerusakan yang ditimbulkan demonstrasi lebih banyak

Al-Hafizh Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Apabila seorang merasa kesulitan tentang hukum suatu masalah, apakah mubah ataukah haram, maka hendaklah dia melihat kepada mafsadah (kerusakan) dan hasil yang ditimbulkan olehnya. Apabila ternyata sesuatu tersebut mengandung kerusakan yang lebih besar, maka sangatlah mustahil bila syariat Islam memerintahkan atau memperbolehkannya, bahkan keharamannya merupakan sesuatu yang pasti. Lebih-lebih apabila hal tersebut menjurus kepada kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya, baik dari jarak dekat maupun jauh, seseorang yang cerdik tidak akan ragu akan keharamannya.” (Madarijus Salikin, 1/496).

Dengan bercermin kepada kaidah yang berharga ini, marilah kita bersama-sama melihat hukum demonstrasi secara adil, apakah yang kita dapati bersama? Lihatlah betapa banyak nyawa yang terbang karena fitnah ini. Betapa banyak gedung-gedung hancur akibat fitnah ini. Sehingga keamanan dan ketentraman kini terasa mahal harganya. Histeris serta ketakutan selalu membayangi kehidupan manusia.

Mengapa mereka tidak berpikir, bila seorang polisi atau aparat terbunuh dalam aksi demo tersebut, yang merugi adalah kita semua? Apabila gedung atau bangunan pemerintah dirusak akan lebih merugikan kita semua? Mana yang lebih disenangi Allah Subhanahu wa Ta’ala, terpeliharanya darah, harta, dan kehormatan –meskipun barang melambung tinggi—ataukah terkoyaknya kehormatan dan tumpahnya nyawa orang yang belum tentu membuat harga barang turun?

Ingatlah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ المُسْلِمِ بِغِيْرِ حَقٌّ

“Hilangnya dunia beserta isinya sungguh lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim dengan tidak benar.” (Hadits shahih, diriwayatkan Ibnu Majah (2668), Tirmidzi (1395), Nasai (3998) dengan sanad shahih).

Wahai saudaraku, ingatlah bahwa bencana yang menimpa bangsa saat ini adalah disebabkan perbuatan dosa mereka sendiri, agar mereka segera menyadari dan kembali kepada ajaran agama yang suci. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan ulah perbuatan manusia.” (Qs. ar-Ruum: 41).

Jadi cara terbaik mengatasi segala krisis dan bencana yang menyelimuti bangsa ini adalah dengan bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memperbaiki diri kita dan keluarga dengan aqidah shahihah, serta membersihkan diri dari segala noda ksyirikan dan kebid’ahan. Ada pun cara-cara seperti kudeta, demonstrasi, dan sejenisnya sekali pun dimaksudkan untuk kebaikan, maka sebagaimana kata penyair:

رَامَ نَفْعًا فَضَرَّ مِنْ غَيْرِ قَصْدٍ
وَمِنْ الْبِرِّ مَا يَكُوْنُ عُقُوْقًا

Maksud hati ingin raih kebaikan, namun tanpa sengaja justru menumbulkan kerusakan.
Sesungguhnya di antara kebaikan ada yang menjadi kedurhakaan.

Sumber: Waspada Terhadap Kisah-Kisah Tak Nyata, Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi, Pustaka Al-Furqon, 1429 H

Sumber :Kisah Muslim

Doa Pembuka Rejeki : Surat Al-Waqiah

Surat Al-Waqi’ah adalah salah satu yang dikenal sebagai surat penuh berkah. Keberkahannya mampu melenyapkan kemiskinan dan mendatangkan rejeki bagi siapa saja yang membacanya dengan rutin.

Dalam beberapa riwayat, diungkapkan bahwa Rosulullah bersabda:

1. Barangsiapa membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam, maka kemiskinan tidak akan menimpa dirinya untuk selamanya
2. Surat Al-Waqi’ah adalah surat kekayaan, maka bacalah surat itu dan ajarkan kepada anak-anak kalian
3. Ajarkanlah istri kalian surat Al-Waqi’ah, karena sesungguhnya surat itu adalah surat kekayaan.

Dengan melihat kedudukan surat Al-Waqiah yang sedemikian besar khasiatnya untuk mendatangkan rejeki bagi kita, marilah mulai sekarang membacanya secara rutin setiap hari atau setiap malam. Karena memang surat itu penuh berkah dan mengundang kekayaan serta mengusir kemiskinan bagi siapa saja yang mau secara rutin membacanya.

Silahkan download file MP3 tausiah Yusuf Mansur tentang Al Waqiah di link ini: download gratis

Sukses untuk anda…..

Menjual Semua Hartanya Untuk Sedekah, Malah Kaya Raya

Ini kisah nyata yang dialami teman guru SMA saya beberapa tahun yang lalu. Kisah ini berhubungan dengan sedekah yang dilakukan dengan keiklasan luar biasa. Bagi saya terdengar agak ganjil dan mustahil, tapi memang itulah kenyataannya. Sepasang suami istri yang menyedekahkan hampir semua hartanya di jalan Allah, kemudian hidup mereka dipasrahkan pada Allah.

Pertama kali mendengar cerita ini, saya kurang percaya, tetapi melihat siapa yang menceritakan saya sangat mempercayai kebenaran cerita ini. Sayang sekali sewaktu saya dan guru SMA saya akan mampir ke rumah pengusaha ini, sang pengusaha sedang keluar rumah.

Kisah ini sebenarnya diawali kegundahan sepasang suami istri akan kebahagiaan yang mereka dapatkan dari harta yang dimiliki. Mereka seakan tidak merasa bahagia walaupun hartanya berlimpah. Bagi mereka, yang terpenting adalah ketenangan hidup. Akhirnya suami istri ini mengambil keputusan yang tergolong nekat. Mereka memberikan hampir semua hartanya untuk mereka sedekahkan di jalan Allah. Hanya satu tujuan mereka; ingin hidup tenang dan tidak terbelenggu dengan nikmat sementara duniawi. Mobil dan beberapa harta berharga lain mereka jual dan mereka sedekahkan. Mereka tidak takut akan kelaparan, karena mereka yakin Allah pasti akan menolong dan memberikan jalan terbaik bagi mereka.

Allahu Akbar! Bukan kesengsaraan yang mereka dapatkan akibat membuang hampir semua harta mereka demi ingin memulai hidup sederhana itu, tetapi kekayaan suami istri ini malahan berlipat-lipat tak terhingga. Kini mereka mempunyai dua perusahaan besar, seakan-akan perusahaan yang dulu dijual untuk disedekahkan malahan diganti 2 perusahaan yang jauh lebih besar dan sangat terkenal oleh Allah. Kini mereka sangat bahagia dengan kekayaan yang mereka miliki. Lebih dahsyat lagi, sepasang suami istri ini ingin memulai lagi seperti yang mereka lakukan beberapa tahun yang lalu. Mereka akan menyedekahkan dua perusahaan itu, bukan imbalan Allah yang mereka harapkan, tapi perasaan sangat dekat dengan Allah dan merasa diperhatikan dan disayang Allah itulah yang tidak bisa digambarkan oleh mereka saat melakukan cara ini.

Sebenarnya langkah yang dilakukan oleh sepasang suami istri ini adalah langkah logis, cuma belum banyak orang yang berani melakukannya. Tentang sedekah Allah bahkan menjanjikan langsung akan melipat gandakan beberapa kali lipat jika manusia melakukannya dengan ikhlas hanya untuk Allah semata. Bahkan balasan atau pahala dari sedekah akan lebih berlipat-lipat lagi jika dilakukan untuk keperluan berjuang di jalan Allah. Semoga kisah di atas bisa membuka mata hati kita akan kekuatan sedekah. Sedekah seperti bernafas, kita harus mengeluarkan nafas kotor banyak untuk bisa menghirup udara bersih banyak pula. Jika mengeluarkan nafas kotor sedikit, akan sedikit pula udara bersih yang bisa kita hirup.

Sukses untuk anda…..

Sumber :Motivasi